Kamis, 20 Juni 2013

RISIKO TEKNOLOGI (TECHNOLOGY RISK)

            Selain memiliki manfaat, teknologi juga dapat menimbulkan risiko. Perusahaan yang menggunak teknologi yang tepat dapat mendorong bisnis perusahaan, yaitu meningkatkan penjualan dan menurunkan biaya. Tetapi jika penggunaan teknologi tidak tepat dapat merugikan perusahaan. Dalam kasus yang lebih kompleks, teknologi dapat menghancurkan perusahaan yang tidak menguasai teknologi baru tersebut.
            Perusahaan dengan teknologi tinggi dapat beroperasi lebih efisien. Semakin besar output yang dihasilkan semakin efisien operasi perusahaan tersebut dan sebaliknya. Oleh karena itu, perusahaan dengan teknologi yang lebih baik akan membuat posiisi persaingan yang lebih baik pula.
            Selain teknologi dapat mengefisienkan operasi perusahaan, penggunaan teknologi yang tepat juga dapat meningkatkan penjualan. Contohnya adalah bank yang menggunakan ATM  memiliki jaringan yang lebih luas, memiliki kemungkinan untuk memperoleh nasabah yang lebih banyak dibandingkan dengan bank yang tidak mempunyai ATM atau jaringan ATM yang dimilikinya sedikit. Dengan kata lain, perusahaan dengan teknologi yang lebih baik dapat meluncurkan produk baru dan inovasi baru yang lebih baik lagi.
            Beberapa risiko yang muncul karena teknologi, misalnya dengan mempergunakan komputer kinerja akan lebih efektif dan efisien, tetapi memunculkan risiko terkena serangan virus, kerusakan computer, pencurian atau pemanipulasian data oleh pihak kejahatan (hacker) sehingga mengakibatkan kerugian.
            Namun, risiko teknologi lebih sulit dipahami karakteristiknya, lebih sulit dikuantifisir, dan lebih sulit diantisipasi meskipun risiko teknologi benar-benar riil. Tetapi manajer risiko harus sadar risiko teknologi ada sehingga dapat melakukan antisipasi yang lebih baik.







RISIKO LIKUIDITAS (LIKUIDITY RISK)

            Risiko likuiditas terjadi jika perusahaan mengalami kesulitan membayar kewajiban jangka pendek. Jika risiko likuiditas tidak dtangani dengan baik, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan tidak dapat melunasi utang dagangnya, perusahaan mengalami krisis likuiditas sehingga ketika utang dagangnya jatuh tempo perusahaan tidak dapat  melunasi utangnya tersebut. Kreditor meminta untuk merubah utang dagang menjadi utang wesel. Utang wesel memiliki kekuatan hokum karena perusahaan secara tertulis berjanji untuk melunasi utang wesel pada tanggal tertentu di masa yang akan dating. Jika perusahaan gagal melunasi utang wesel, kreditor tersebut dapat meminta pengadilan untuk kebangkrutan perusahaan. Hal tersebut dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan (risiko solvency).
PENGUKURAN RISIKO LIKUIDITAS
ü  Rasio Lancar   =          (Aktiva Lancar/Utang Lancar)
ü  Acid Ratio      =          (Aktiva lancer – persediaan) / utang lancer
ü  Perusahaan juga dapat menggunakan anggaran kas atau peramalan (forecasting) kas untuk melihat potensi risiko likuiditas.
Bank biasanya menghadapi risiko likuiditas yang lebih besar. Risiko likuiditas bank dapat bersumber dari sisi asset dan sisi pasiva.
v  Dari sisi aktiva
Jika bank memberikan jaminan untuk memberikan sejumlah utang tertentu di masa yang akan datang.  Misalnya enam bulan debitur datang ke bank untuk meminjam sejumlah dana yang telah dijanjikan bank  maka bank harus menyediakan sejumlah uang yang telah dijanjikan. Jika bank gagal memberikan sejumlah uang tersebut bank dapat menghadapi risiko likuiditas.
v  Dari sisi pasiva
Sumber dana bank sebagian besar berasal dari tabungan dan deposito. Tabungan dapat ditarik setiap saat sedangkan deposito tidak dapat ditarik setiap saat karena memiliki jangka waktu. Jika penarikan dana oleh nasabah atau deposan lebih besar bank dapat mengalami krisis likuiditas.
Apabila krisis tersebut tidak ditangani bank dapat terancam kelangsungan manajemennya. Masyarakat dapat menjadi khawatir karena tidak dapat mengambil tabungannya, muncul romor atau informasi yang tidak baik sehinnga masyarakat dapat kehilangan kepercayaan terhadap bank. Akibatnya masyarakat menarik dananya secara bersamaan dari bank tersebut yang tentunya membuat bank kehilangan sumber dana.

RISIKO POLITIK (SOVERIGN RISK)

          Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan di negara tersebut. Dalam berinvestasi di luar negeri diperlukan stabilitas dalam politik dan stabilitas ekonomi di Negara tersebut. Karena politik dapat menentukan aliran kas perusahaan, jika di suatu Negara memiliki system keuangan yang menyulitkan seperti perijinan yang menyulitkan, banyaknya pungli, dan sebagainya dapat menghalangi perdagangan di luar negeri sehingga dapat menggangu aliran kas perusahaan.

PENGUKURAN RISIKO POLITIK
Risiko poltik merupakan garis kontinum dari yang paling ringan sampai ke yang paling berat.
          Paling ringan                                                                                       Paling berat
          Perubahan peraturan                        Kerusuhan sosial                        Pengambilalihan                                                                                              

            Perubahan peraturan termasuk ringan, kerusuhan sosial lebih serius, misalnya disertai dengan gangguan fisik seperti pabrik dibakar atau jika karyawan mogok kerja. Namun, paling berat adalah jika pabrik diambil alih oleh Negara local atau diekspropriasi. Apabila hal tersebut terjadi bank tidak dapat bertindak apapun.
            Indikator untuk melihat politik di suatu Negara adalah risiko Negara (country risk). Risiko Negara dapat rendah, sedang, sampai terlarang. Perusahaan yang beroperasi di luar negeri  harus memperhatikan risiko negara jika memutuskan untuk melakukan investasi di Negara tersebut. 


Rabu, 19 Juni 2013


TIPS SELALU TERSENYUM dan BERPIKIRAN POSITIF
v     Tertawalah Keras-keras. Berikan ijin pada diri sendiri untuk tertawa dengan keras. Tertawa adalah obat terbaik dan tentu saja jaminan penampilan anda tetap positif dan ceria.
v     Carilah Teman-teman Positif Baru.Keceriaan dan energi positif adalah sesuatu yang bersifat menular. Mengelilingi diri dengan orang-orang yang selalu berpikir positif dalam setiap situasi, akan menjaga energi positif tetap mengalir keluar. Orang-orang positif juga memiliki kebiasaan selalu tersenyum. Semakin banyak senyum, semakin ceria hidup! :)
v     Sediakan Waktu Untuk Memanjakan Diri Sendiri. Waktu untuk memanjakan diri sendiri adalah sesuatu hal yang perlu juga prioritaskan. Luangkan waktu anda untuk melakukan hal-hal yang membuat gembira. Jika menyukai melukis …. melukislah! Jika anda membaca novel …. membacalah! Jika menyukai mendaki gunung … mendakilah! Jika menyukai pergi ke café menikmati live music … pergilah ke café. Apapun itu, luangkanlah waktu untuk memanjakan diri anda sendiri. Saya yakin setelah itu, anda akan mempunyai semangat yang baru.
v     Tantanglah pikiran negatif yang muncul. Setiap kali pikiran negatif datang, maka responlah pikiran negative ini. Otak kita menjadikan pikiran negatif semakin besar dan semakin terperinci jika kita tetap terus memikirkannya. Jika merasa sangat susah untuk melawannya, maka carilah kegiatan lain yang bisa mengalihkan pikiran anda. Berjumpalah dengan orang-orang yang bisa membawa anda jadi lebih positif, pergilah ke tempat kegiatan yang positif dan hindari orang-orang yang bisa membenarkan pikiran negative anda.
v     Koleksilah bacaan penyemangat atau kalimat motivasi yang bisa kita baca sewaktu-waktu, agar disaat merasa down bisa dibaca kembali sehinga kita kembali optimis.
v     Fokuskan imajinasi dan berupaya untuk menjadi orang positif baru. Kita tidak bisa selalu mengendalikan hal-hal yang terjadi dalam hidup kita, tetapi kita bisa berusaha mengendalikan apa yang kita pikirkan dalam pikiran kita dalam merespon apapun yang kita alami. Orang yang selalu berpikir positif akan terlihat lebih tenang dalam menghadapi permasalahan.
v     Identifikasi Masalah dan Set Goal. Buatlah tujuan dalam hidup ini. Tujuan memberikan pandangan yang lebih positif terhadap kehidupan. Orang-orang yang bosan dengan kehidupan dan merasa terjebak, biasanya lebih merasa tertekan. Menetapkan tujuan akan memberikan motivasi tersendiri pada kita, disamping itu juga membantu orang lain bergerak untuk maju.
v     Open Minded. Menjadi pribadi yang Open Minded akan ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik. Kritikan, Saran dan ide dari luar merupakan suatu kekuatan tambahan yang perlu di kaji, direnungkan serta disususn menjadi sebuah energi yang memiliki nilai lebih untuk kedepannya! semakin banyak saran dan ide semakin berkembang kebijakan kita dalam berkreasi dan berbuat.
v     Selalu bersyukur. Hadapi hidup ini penuh dengan rasa syukur, hindari keluh kesah tentang apapun yang tidak atau belum kita miliki karena justru akan menjadi beban bila terus kita berpikir negative terhadap hal tsb. Sebaliknya jadikan hal itu sebagai motivasi untuk meraih hidup yang diharapkan.
v     Ambil tindakan bukan alasan. (No Action, Talk Only). “The Winners” adalah mereka yang berkreasi, berbuat dan mencari solusi bukan mereka yang  pandai mencari alas an bahkan menyalahkan orang lain.
v     Menjadi pribadi yang pemaaf. Memaafkan adalah satu sifat yang sangat mulia, karena “No Body’s Perfect”.

Kamis, 14 Maret 2013

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA

                                           



Tahun

Inflasi
(%)


PDB
(%)
Pertumbuhan
Ekonomi
(%)
Tk.
Pengangguran
(%)
Suku Bunga
(%)
Investasi
(Rp/Milyar)
1980
15,97
9,88
7,70
1,66
14,75
1.467
1981
7,09
7,93
9,90
2,70
14,00
2.344
1982
9,69
2,25
7,90
3,01
16,75
2.536
1983
11,46
4,19
2,20
          2,0
15,00
2.940
1984
8,76
6,98
1,20
          2,0
16,00
3.750
1985
4,31
2,46
2,50
2,14
15,00
3.830
1986
8,83
5,87
5,90
          2,6
15,00
4.126
1987
8,90
4,93
4,90
2,55
17,00
11.404
1988
5,47
5,78
5,80
2,81
18,00
15.681
1989
5,97
7,46
7,40
2,87
16,40
19.635
1990
9,53
7,24
7,20
2,51
13,94
59.878
1991
9,52
6,95
6,90
2,59
19,57
41.084
1992
4,94
6,46
6,40
2,71
19,00
29.315
1993
9,77
6,50
6,50
2,80
13,69
40.400
1994
9,24
7,54
7,30
4,40
12,70
53.289
1995
8,60
8,22
8,40
7,24
14,75
69.853
1996
6,50
7,82
        7,80
4,89
14,50
  100.715
1997
     11,10
4,70
        4,70
4,68
13,25
50.873
1998
     77,60
    -13,13
     -13,00
5,46
39,00
60.749
1999
2,00
0,79
       6,60
6,36
12,64
61.500
2000
9,40
4,92
       4,90
6,08
14,31
93.894
2001
     12,55
3,64
       3,40
8,10
17,63
98.816
2002
     10,03
4,50
       3,70
9,06
13,12
125.308
2003
5,16
4,78
       4,10
9,50
 8,34
148.485
2004
6,40
5,03
       4,90
9,86
7,29
164.528
2005
     17,11
5,69
       5,80
        10,26
12,83
146.900
2006
6,60
5,50
      4,97
        10,40
9,75
227..000
2007
6,59
6,28
      6,30
 9,11
8,00
215.100
2008
     11,06
6,06
      6,00
 8,39
9,25
320.600
2009
2,78
4,10
     4,60
9,5
6,50
227.200
2010
6,96
6,2
         6,10
7,1
6,50
269.900
2011
3,79
6,5
         6,50
6,6
6,00
326.579
2012
4,30
6,7
         6,70
6,4
5,75
591.402